Rabu, 20 Juni 2012

Cerita Nama Buleleng dan Singaraja


Cerita Buleleng dan Singaraja
Pada jaman dahulu di Pulau , hidup seorang raja yang bergelar Sri Bagening. Sang Raja memiliki banyak istri, dan istri terakhirnya bernama  Pasek berasal dari Desa Panji, dan masih keturunan Kyai Pasek Gobleng. Suatu waktu, Pasek mengandung. Oleh suaminya, ia dititipkan kepada Kyai Jelantik Bogol. Tak berapa lama, anaknya pun lahir. Anak itu diberi nama I Gede Pasekan.  I Gede Pasekan mempunyai wibawa besar sehingga sangat dicintai dan dihormati oleh pemuka masyarakat maupun masyarakat biasa.

Suatu hari, ketika usianya menginjak dua puluh tahun, ayahnya berkata pada­nya,
“Anakku, sekarang pergilah engkau ke Den Bukit di daerah Panji.”
“Kenapa ayah?”
“Karena di sanalah tempat kelahiran ibumu.”
Sebelum berangkat, ayah angkatnya memberikan dua buah senjata bertuah, yaitu sebilah keris bernama Ki Baru Semang dan sebatang tombak bernama Ki Tunjung Tutur. Dalam perjalanannya, I Gede Pasekan diiringi oleh empat puluh pengawal yang dipimpin Ki Dumpiung dan Ki Dosot. Ketika sampai di daerah yang disebut Batu Menyan, mereka bermalam dengan dijaga ketat oleh para pengawal secara bergantian.
Saat tengah malam, tiba-tiba datang makhluk ajaib penghuni hutan. Dia meng­ang­kat I Gede Pasekan ke atas pun­daknya sehingga I Gede Pasekan dapat me­lihat pemandangan lepas ke lautan dan da­ratan yang terbentang di hadapannya. Ketika dia memandang ke arah timur dan barat laut, ia melihat pulau yang amat jauh. Ketika melihat ke arah selatan pemandangannya dihalangi oleh gunung. Setelah makhluk itu pergi kemudian terdengar bisikan.
“I Gusti, sesungguhnya apa yang telah engkau lihat akan menjadi daerah kekuasaanmu.”
Keesokan harinya rombongan itu melanjutkan perjalanan. Meski sulit dan penuh rintangan akhirnya rombongan I Gede Pasekan berhasil mencapai tujuan, yaitu Desa Panji, tempat kelahiran ibunya.
Suatu hari, ada sebuah perahu Bugis yang terdampar di pantai Panimbangan.Warga setempat yang dimintai tolong tak mampu mengangkatnya.
Keesokan harinya orang Bugis pemilik perahu itu meminta tolong pada I Gede Pasekan.
“Tolonglah kami, Tuan. Jika Tuan berhasil mengangkat perahu kami, sebagian muatan itu akan kami serahkan kepada Tuan sebagai upahnya.”
“Kalau itu keinginan kalian, saya akan berusaha mengangkat perahu itu,” jawab I Gede Pasekan.
I Gede Pasekan segera memusatkan pikiran. Dengan kekuatan gaibnya, perahu yang kandas itu berhasil diangkatnya. Sebagai ungkapan rasa terima kasih, orang Bugis itu memberikan hadiah berupa setengah dari isi perahu itu kepada I Gede Pasekan. Di antara hadiah itu terdapat dua buah gong besar. Sejak saat itu I Gede Pasekan menjadi orang kaya dan bergelar I Gusti Panji Sakti.
Kekuasaan I Gede Pasekan mulai meluas dan menyebar sampai ke mana-mana. Dia pun mendirikan kerajan baru di Den Bukit. Kira-kira abad ke-17, ibukota kerajaan itu disebut orang dengan nama Sukasada. Kerajaaan I Gede Pasekan itu berkembang hingga ke utara. Daerah itu banyak ditumbuhi pohon . Oleh karena itu, pusat kerajaan beralih ke wilayah itu. Wilayah itu pun diberi nama .
Di Buleleng dibangun sebuah istana megah yang diberi nama . Nama ini menunjukkan bahwa penghuninya ada­lah seorang raja yang gagah perkasa lak­sana singa. Namun, ada pendapat yang mengatakan bahwa nama  artinya tempat persinggahan raja. Barangkali ketika sang Raja masih di Sukasada, sering singgah di sana. Jadi, kata  berasal dari kata singgah raja.
Penulis: Yulia S. Si

Tidak ada komentar:

Posting Komentar