Senin, 30 April 2012

Kajian Filsafat tentang Bahasa Zaman Yunani & Zaman Romawi

Kajian Filsafat tentang Bahasa pada Zaman Yunani
a. Masa Pra Sokrates
Bangsa Yunani sejak lama dikenal sebagai bangsa yang gemar akan pemikirannya. Sebelum para filsuf hadir dengan kemmapuan refleksinya, bahasa merupakan media pengungkapan daya magis dalam komunikasinya dengan para Dewa dan kekuatan super natural lainnya. Secara structural fisis bahasa memang tanpa energi, akan tetapi secara logis semantis bahasa dapat diangkat ke tingkat yang lebih tinggi dalam mengungkapkan rahasia alam dan segala sesuatu. Pemikiran filsafat Yunani awal bergeser dari filsafat alam kepada filsafat bahasa (Cassirer, dalam Kaelan, 2009:23).
b. Sokrates
Sokrates memunculkan metode ‘dialektis-kritis’ dalam menanggapi kondisi yang kacau akibat perdebatan filsafat oleh kaum Sofis (yang terkesan tidak mdah menyerah). Proses dialektis kritis dalam hal ini mengandung suatu pengetian “dialog antara dua pendirian yang bertentangan atau merupakan perkembangan pemikiran dengan memakai pertemuan (interplay) anta ide (Titus, 1984:17).
c. Plato
Plato adalah seorang filsuf dari Athena. Dalam menuangkan karya-karya filosofisnya diwujudkan melalui bentuk dialog. Ia memunculkan suatu doktrin yang disebut ‘onomatopeia’ (Cassirer, 1987:171). Filsafat Plato inilah yang mampu menjembatani jurang antara nama-nama dengan benda-benda. Lebih lanjut Plato mengemukakan pemikiran filosofisnya tentang bahasa dalam dialog Cratylus, bahwa bahasa pada hakikatnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan ‘ono mata’ dan ‘rhemata’ yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam aru udara mulut. Pengertian ‘onomata’ jamaknya ‘onoma’ dapat berarti nama(dalam bahasa sehari-hari). ‘Rhemata’ jamaknya ‘rhema’ dapat berarti frase atau ucapan dalam bahasa sehari-hari
d. Aritoteles
Teori yang dimunculkan oleh Aristoteles adalah ‘hilemorfisme’ yang berasal dari bahasa Yunani ‘hyle’ dan ‘morphe’ yang secara harfiah disebut ‘teori bentuk dan materi’.  
e. Mazhab Stoa
Mazhab Stoa didirikan oleh Zeno dari Kriton sekitar menjelang abad keempat SM. Sumbangan pemikiran kaum tersebut terhadap filsafat bahasa cukup besar terutama dalam menentukan prinsip-prinsip analisisnya secara sistematis. Pertama, kaum Stoa telah membedakan antara studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara gramatika. Kedua, mereka telah menciptakan beberapa istilah teknis khusus untuk berbicara tentang bahasa. Ketiga, kedua kemajuan tersebut ada hubungannya dengan perbedaan kaum Stoa dan logika Peripatetik dari penganut Aristoteles. Langkah pertama kaum Stoa untuk mendeskripsikan tentang hakikat bahasa terutama tentang makna dengan membedakan tiga aspek utama bahasa: (1) tanda atau simbol, sign yang disebut semainon, dan ini adalah bunyi atau materi bahasa. (2) Makna yang diistilahkan semainomenon, atau lekton. (3) Hal-hal eksternal yang disebut benda atau situasi yang diistilahkan dengan to pragma atau to tungchanon.
Kajian Filsafat tentang Bahasa pada  Zaman Romawi
Alexander agung yang dalam sejarah telah mendirikan suatu kerajaan besar, yang meliputi juga romawi maupun yunani.
Pemikiran-pemikiaran dalambidang filsafat baha walaupun masih memiliki cirri spekulatif namun telah mengarah pada dasar-dasar lingistik.
Pemikiran Varro tentang hakikat bahasa
1. Etimologi
Dalam bidang eimologi Varro mencatat perubahan bunyi dari zaman ke zaman dan perubahan makna dari sebuah kata, walaupun contohnya kurang tepat. Ia memberikan contoh perubahan bunyi ‘ deellum’ menjadi bellum’= perang.
2. Pengertian kata
Kata adalah bagiab dari ucapan, yang tidak dapat dipisahkan lagi dan merupakan bentuk minimum, jika ia mempunyai deklinasi yang biasa dipakai semua orang menurut ketentuan dan aturan.
3. Konsep morfologi
Dalam bidang morfologi Varro menunjukan orsinalitasnya dalam pembagian kelas pembagian kata. Antara lain yang berinfleksi kasus, yang berinfleksi ‘tense’, yang berinfleksi kasus dan tense, yang tidak berinfleksi.
4. Kasus dan deklinasi
Secara singkronis ada dua deklinasi yaitu deklinasi naturalis dan deklinasi ilmiah ialah perubahan sebuah bentuk yang terjadi dengan sendirinya dan sudah terpola, sedangkan dekliminisi naturalis pada umumnya regular dan dapa diketahui masyarakat pemakai bahasa denga serta merta tanpa ragu-ragu.
5. Konsep Priscia
Perkembangan pmikiran tentang pemikiran bahasa lama kelamaan menjadi makin sempurna dan berkembang kearah studi ketatabahasaan. Konsep priscia mrupakan model yang paling berpengaruh terhadap perkembangan bahasa sesudahnya. Dalam bidang Fonologi priscia membicarakan tulisan atau hurup yang disebut litterae yang merupakan bagian yang terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan. Sedangkan menurut konsep morfologi dijelaskan bahwa kata disebut diktio. Kata adalah bagin yang minimum dari suatu ujaran yang harus diartikan terpisah dalam makna suatu keseluruhan.
Regards,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar