Kajian Filsafat tentang Bahasa pada Zaman Yunani
a. Masa Pra Sokrates
Bangsa Yunani sejak lama dikenal sebagai
bangsa yang gemar akan pemikirannya. Sebelum para filsuf hadir dengan
kemmapuan refleksinya, bahasa merupakan media pengungkapan daya magis
dalam komunikasinya dengan para Dewa dan kekuatan super natural lainnya.
Secara structural fisis bahasa memang tanpa energi, akan tetapi secara
logis semantis bahasa dapat diangkat ke tingkat yang lebih tinggi dalam
mengungkapkan rahasia alam dan segala sesuatu. Pemikiran filsafat Yunani
awal bergeser dari filsafat alam kepada filsafat bahasa (Cassirer, dalam Kaelan, 2009:23).
b. Sokrates
Sokrates memunculkan metode
‘dialektis-kritis’ dalam menanggapi kondisi yang kacau akibat perdebatan
filsafat oleh kaum Sofis (yang terkesan tidak mdah menyerah). Proses
dialektis kritis dalam hal ini mengandung suatu pengetian “dialog antara
dua pendirian yang bertentangan atau merupakan perkembangan pemikiran
dengan memakai pertemuan (interplay) anta ide (Titus, 1984:17).
c. Plato
Plato adalah seorang filsuf dari Athena.
Dalam menuangkan karya-karya filosofisnya diwujudkan melalui bentuk
dialog. Ia memunculkan suatu doktrin yang disebut ‘onomatopeia’
(Cassirer, 1987:171). Filsafat Plato inilah yang mampu menjembatani
jurang antara nama-nama dengan benda-benda. Lebih lanjut Plato
mengemukakan pemikiran filosofisnya tentang bahasa dalam dialog
Cratylus, bahwa bahasa pada hakikatnya adalah pernyataan pikiran
seseorang dengan perantaraan ‘ono mata’ dan ‘rhemata’ yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam aru udara mulut. Pengertian ‘onomata’ jamaknya ‘onoma’ dapat berarti nama(dalam bahasa sehari-hari). ‘Rhemata’ jamaknya ‘rhema’ dapat berarti frase atau ucapan dalam bahasa sehari-hari
d. Aritoteles
Teori yang dimunculkan oleh Aristoteles adalah ‘hilemorfisme’ yang berasal dari bahasa Yunani ‘hyle’ dan ‘morphe’ yang secara harfiah disebut ‘teori bentuk dan materi’.
e. Mazhab Stoa
Mazhab Stoa didirikan oleh Zeno dari
Kriton sekitar menjelang abad keempat SM. Sumbangan pemikiran kaum
tersebut terhadap filsafat bahasa cukup besar terutama dalam menentukan
prinsip-prinsip analisisnya secara sistematis. Pertama, kaum Stoa telah membedakan antara studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara gramatika. Kedua, mereka telah menciptakan beberapa istilah teknis khusus untuk berbicara tentang bahasa. Ketiga, kedua kemajuan tersebut ada hubungannya dengan perbedaan kaum Stoa dan logika Peripatetik dari
penganut Aristoteles. Langkah pertama kaum Stoa untuk mendeskripsikan
tentang hakikat bahasa terutama tentang makna dengan membedakan tiga
aspek utama bahasa: (1) tanda atau simbol, sign yang disebut semainon, dan ini adalah bunyi atau materi bahasa. (2) Makna yang diistilahkan semainomenon, atau lekton. (3) Hal-hal eksternal yang disebut benda atau situasi yang diistilahkan dengan to pragma atau to tungchanon.
Kajian Filsafat tentang Bahasa pada Zaman Romawi
Alexander agung yang dalam sejarah telah mendirikan suatu kerajaan besar, yang meliputi juga romawi maupun yunani.
Pemikiran-pemikiaran dalambidang
filsafat baha walaupun masih memiliki cirri spekulatif namun telah
mengarah pada dasar-dasar lingistik.
Pemikiran Varro tentang hakikat bahasa
1. Etimologi
Dalam bidang eimologi Varro mencatat
perubahan bunyi dari zaman ke zaman dan perubahan makna dari sebuah
kata, walaupun contohnya kurang tepat. Ia memberikan contoh perubahan
bunyi ‘ deellum’ menjadi bellum’= perang.
2. Pengertian kata
Kata adalah bagiab dari ucapan, yang
tidak dapat dipisahkan lagi dan merupakan bentuk minimum, jika ia
mempunyai deklinasi yang biasa dipakai semua orang menurut ketentuan dan
aturan.
3. Konsep morfologi
Dalam bidang morfologi Varro menunjukan
orsinalitasnya dalam pembagian kelas pembagian kata. Antara lain yang
berinfleksi kasus, yang berinfleksi ‘tense’, yang berinfleksi kasus dan
tense, yang tidak berinfleksi.
4. Kasus dan deklinasi
Secara singkronis ada dua deklinasi
yaitu deklinasi naturalis dan deklinasi ilmiah ialah perubahan sebuah
bentuk yang terjadi dengan sendirinya dan sudah terpola, sedangkan
dekliminisi naturalis pada umumnya regular dan dapa diketahui masyarakat
pemakai bahasa denga serta merta tanpa ragu-ragu.
5. Konsep Priscia
Perkembangan pmikiran tentang pemikiran
bahasa lama kelamaan menjadi makin sempurna dan berkembang kearah studi
ketatabahasaan. Konsep priscia mrupakan model yang paling berpengaruh
terhadap perkembangan bahasa sesudahnya. Dalam bidang Fonologi priscia
membicarakan tulisan atau hurup yang disebut litterae yang merupakan
bagian yang terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan. Sedangkan menurut
konsep morfologi dijelaskan bahwa kata disebut diktio. Kata adalah
bagin yang minimum dari suatu ujaran yang harus diartikan terpisah dalam
makna suatu keseluruhan.
Regards,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar