Penjelajah Muslim Lebih Dulu Injak Amerika Daripada Colombus
Namun,
bagi umat Islam di era keemasan, Amerika bukanlah sebuah 'Dunia Baru'. Sebab,
603 tahun sebelum penjelajah Spanyol itu menemukan benua itu, para penjelajah
Muslim dari Afrika Barat telah membangun peradaban di Amerika.
Klaim sejarah Barat yang menyatakan Columbus sebagai penemu benua Amerika
akhirnya terpatahkan. Sederet sejarawan menemukan fakta bahwa para penjelajah
Muslim telah menginjakkan kaki dan menyebarkan Islam di benua itu lebih dari
setengah milenium sebelum Columbus.
Secara
historis umat Islam telah memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan, seni,
serta kemanusiaan di benua Amerika.
''Tak perlu diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi
pengaruh dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher
Columbus menemukannya,'' tutur Fareed H Numan dalam American Muslim History A
Chronological Observation. Sejarah mencatat Muslim dari Afrika telah menjalin
hubungan dengan penduduk asli benua Amerika, jauh sebelum Columbus tiba.
Jika
Anda mengunjungi Washington DC, datanglah ke Perpustakaan Kongres (Library of
Congress). Lantas, mintalah arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan
suku Cherokee, salah satu suku Indian, tahun 1787. Di sana akan ditemukan tanda
tangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama AbdeKhak dan Muhammad Ibnu
Abdullah.
Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan
keberadaannya dalam perdagangan, perkapalan, dan bentuk pemerintahan suku
cherokee yang saat itu berdasarkan hukum Islam.
Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian suku Cherokee yang menutup
aurat sedangkan kaum laki-lakinya memakai turban (surban) dan terusan hingga
sebatas lutut.
Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku cherokee yang
diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum
akhirnya benar-benar punah dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama
Ramadan Ibnu Wati.
Berbicara tentang suku Cherokee, tidak bisa lepas dari Sequoyah. Ia adalah
orang asli suku cherokee yang berpendidikan dan menghidupkan kembali Syllabary
suku mereka pada 1821. Syllabary adalah semacam aksara. Jika kita sekarang
mengenal abjad A sampai Z, maka suku Cherokee memiliki aksara sendiri.
Yang membuatnya sangat luar biasa adalah aksara yang dihidupkan kembali oleh
Sequoyah ini mirip sekali dengan aksara Arab. Bahkan, beberapa tulisan
masyarakat cherokee abad ke-7 yang ditemukan terpahat pada bebatuan di Nevada
sangat mirip dengan kata ”Muhammad” dalam bahasa Arab.
Nama-nama suku Indian dan kepala sukunya yang berasal dari bahasa Arab tidak
hanya ditemukan pada suku Cherokee (Shar-kee), tapi juga Anasazi, Apache,
Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk,
Nazca, Zulu, dan Zuni.
Bahkan, beberapa kepala suku Indian juga mengenakan tutp kepala khas orang
Islam. Mereka adalah Kepala Suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami,
Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Hal ini
ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870.
Secara umum, suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan yang
menguasai alam semesta. Tuhan itu tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga
meyakini, tugas utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan
menyembah-Nya.
Seperti penuturan seorang Kepala Suku Ohiyesa : ”In the life of the Indian,
there was only inevitable duty-the duty of prayer-the daily recognition of the
Unseen and the Eternal”. Bukankah Al-Qur’an juga memberitakan bahwa tujuan
penciptaan manusia dan jin semata-mata untuk beribadah pada Allah
Bagaimana bisa Kepala suku Indian Cheeroke itu muslim?
Sejarahnya panjang, Semangat orang-orang Islam dan Cina saat itu untuk mengenal
lebih jauh planet (tentunya saat itu nama planet belum terdengar) tempat
tinggalnya selain untuk melebarkan pengaruh, mencari jalur perdagangan baru dan
tentu saja memperluas dakwah Islam mendorong beberapa pemberani di antara
mereka untuk melintasi area yang masih dianggap gelap dalam peta-peta mereka
saat itu.
Beberapa nama tetap begitu kesohor sampai saat ini bahkan hampir semua orang
pernah mendengarnya sebut saja Tjeng Ho dan Ibnu Batutta, namun beberapa lagi
hampir-hampir tidak terdengar dan hanya tercatat pada buku-buku akademis.
Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan muslim yang mencatat
perjalanan ke benua Amerika itu adalah Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi
(meninggal tahun 957), Al Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul
Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) dan Ibn Battuta (meninggal tahun
1369).
Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi muslim Al Masudi (871 – 957),
Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di
Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi.
Dalam bukunya, ‘Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and
Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan bahwa semasa pemerintahan Khalifah
Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888 – 912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad
berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik,
hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan
kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan.
Sesudah itu banyak pelayaran yang dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan
Atlantik, yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az
Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke
Afrika dan Asia.
Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman
III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari
Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat
menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka
berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari
tanah yang asing.
Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar
Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009)
seorang navigator dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan
pelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan
mendarat di Gando (Kepulaun Canary).
Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat
hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh
kembali ke Spanyol pada bulan Mei 999.
Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah
laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari
Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307) raja
keenam dalam dinasti Marinid.
Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr.
Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.
Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu,
ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan
Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) memerinci
eksplorasi geografi ini dengan seksama.
Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban,
perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan
laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.
Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah
Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312
– 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik
hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.
Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan
menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini
berbahasa Arab.
Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri
Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan
Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika
selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara
cukup akurat.
Pengaruh Islam di Benua Amerika
Sekali-kali cobalah Anda membuka peta Amerika. Telitilah nama tempat yang ada
di Negeri Paman Sam itu. Sebagai umat Islam, pastilah Anda akan dibuat
terkejut. Apa pasal? Ternyata begitu banyak nama tempat dan kota yang
menggunakan kata-kata yang berakar dan berasal dari bahasa umat Islam, yakni
bahasa Arab.
Tak percaya? Cobalah wilayah Los Angeles. Di daerah itu ternyata terdapat
nama-nama kawasan yang berasal dari pengaruh umat Islam. Sebut saja, ada
kawasan bernama Alhambra. Bukankah Alhambra adalah nama istana yang dibangun
peradaban Islam di Cordoba?
Selain itu juga ada nama teluk yang dinamai El Morro serta Alamitos. Tak cuma
itu, ada pula nama tempat seperti; Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany,
Alcazar, Alameda, Alomar, Almansor, Almar, Alva, Amber, Azure, dan La
Habra.
Setelah itu, mari kita bergeser ke bagian tengah Amerika. Mulai dari selatan
hingga Illinois juga terdapat nama-nama kota yang bernuansa Islami seperti;
Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. Malah, di negara bagian
Washington terdapat nama kota Salem.
Pengaruh Islam lainnya pada penamaan tempat atau wilayah di Amerika juga sangat
kental terasa pada penamaan Karibia (berasal dari bahasa Arab). Di kawasan
Amerika Tengah, misalnya, terdapat nama wilayah Jamaika dan Kuba. Muncul
pertanyaan, apakah nama Kuba itu berawal dan berakar dari kata Quba - masjid
pertama yang dibangun Rasulullah adalah Masjid Quba. Negara Kuba beribu kota La
Habana (Havana).
Di benua Amerika pun terdapat sederet nama pula yang berakar dari bahasa
Peradaban Islam seperti pulau Grenada, Barbados, Bahama, serta Nassau. Di
kawasan Amerika Selatan terdapat nama kota-kota Cordoba (di Argentina),
Alcantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Ada pula nama pegunungan
Absarooka yang terletak di pantai barat.
Menurut Dr A Zahoor, nama negara bagian seperti Alabama berasal dari kata Allah
bamya. Sedangkan Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah. Sedangkan Tennesse dari
kata Tanasuh. Selain itu, ada pula nama tempat di Amerika yang menggunakan
nama-nama kota suci Islam, seperti Mecca di Indiana, Medina di Idaho, Medina di
New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Medina di Ohio, Medina di
Tennessee, serta Medina di Texas. Begitulah peradaban Islam turut mewarnai di
benua Amerika.
Fakta Eksistensi Islam di Amerika
Tahun 999 M: Sejarawan Muslim Abu Bakar Ibnu Umar Al-Guttiya mengisahkan pada
masa kekuasaan Khalifah Muslm Spanyol bernama Hisham II (976 M -1009 M),
seorang navigator Muslim bernama Ibnu Farrukh telah berlayar dari Kadesh pada
bulan Februari 999 M menuju Atlantik. Dia berlabuh di Gando atau Kepulauan
Canary Raya. Ibnu Farrukh mengunjungi Raja Guanariga. Sang penjelajah Muslim
itu memberi nama dua pulau yakni Capraria dan Pluitana. Ibnu Farrukh kembali ke
Spanyol pada Mei 999 M.
Tahun 1178 M: Sebuah dokumen Cina yang bernama Dokumen Sung mencatat perjalanan
pelaut Muslim ke sebuah wilayah bernama Mu-Lan-Pi (Amerika). Tahun 1310 M: Abu
Bakari seorang raja Muslim dari Kerajaan Mali melakukan serangkaian perjalanan
ke negara baru. Tahun 1312 M: Seorang Muslim dari Afrika (Mandiga) tiba di
Teluk Meksiko untuk mengeksplorasi Amerika menggunakan Sungai Mississipi
sebagai jalur utama perjalanannya.
Tahun 1530 M: Budak dari Afrika tiba di Amerika. Selama masa perbudakan lebih
dari 10 juta orang Afrika dijual ke Amerika. Kebanyakan budak itu berasal dari
Fulas, Fula Jallon, Fula Toro, dan Massiona - kawasan Asia Barat. 30 persen
dari jumlah budak dari Afrika itu beragama Islam.
Tahun 1539 M: Estevanico of Azamor, seorang Muslim dari Maroko, mendarat di
tanah Florida. Tak kurang dari dua negara bagian yakni Arizona dan New Mexico
berutang pada Muslim dari Maroko ini. Tahun 1732 M: Ayyub bin Sulaiman Jallon,
seorang budak Muslim di Maryland, dibebaskan oleh James Oglethorpe, pendiri
Georgia. Tahun 1790 M: Bangsa Moor dari Spanyol dilaporkan sudah tinggal di
South Carolina dan Florida.
Sequoyah, also known as George Gist Bukti lainnya adalah, Columbus sendiri
mengetahui bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia
faham bahwa orang-orang Islam telah berada di sana terutama orang-orang dari
Pantai Barat Afrika.
Mereka mendiami Karibia, Amerika Utara dan Selatan. Namun tidak seperti
Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak rakyat Amerika. Orang-Orang Islam
datang untuk berdagang dan bahkan beberapa menikahi orang-orang pribumi.
Sejarawan Ivan Van Sertima dalam karyanya They Came Before Columbus membuktikan
adanya kontak antara Muslim Afrika dengan orang Amerika asli. Dalam karyanya
yang lain, African Presence in Early America, Van Sertima, menemukan fakta
bahwa para pedagang Muslim dari Arab juga sangat aktif berniaga dengan
masyarakat yang tinggal di Amerika.
Van Sertima juga menuturkan, saat menginjakkan kaki di benua Amerika, Columbus
pun mengungkapkan kekagumannya kepada orang Karibian yang sudah beragama Islam.
"Columbus juga tahun bahwa Muslim dari pantai Barat Afrika telah tinggal
lebih dulu di Karibia, Amerika Tengah, Selatan, dan Utara," papar Van
Sertima. Umat Islam yang awalnya berdagang telah membangun komunitas di wilayah
itu dengan menikahi penduduk asli.
Menurut Van Sertima, Columbus pun mengaku melihat sebuah masjid saat berlayar
melalui Gibara di Pantai Kuba. Selain itu, penjelajah berkebangsaan Spanyol itu
juga telah menyaksikan bangunan masjid berdiri megah di Kuba, Meksiko, Texas,
serta Nevada. Itulah bukti nyata bahwa Islam telah menyemai peradabannya di
benua Amerika jauh sebelum Barat tiba.
Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara
Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan
indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan
masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Dan tahukah anda? 2 orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus kapten
kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim yaitu dua bersaudara Martin
Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko
Abuzayan Muhammad III (1362). [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York
1950]
(Berita SuaraMedia) -
Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai 'The New World' ketika pertama
kali menginjakkan kakinya di benua itu pada 21 Oktober 1492.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar