Di sebuah negeri yang permai dan damai hiduplah seorang penjahit tua yang sederhana. Penjahit tua itu sangat disukai oleh semua orang karena dia baik dan suka menolong. Si penjahit tua selalu memberi harga yang murah untuk pelanggannya, bahkan dia sering memberikan pakaian secara gratis kepada orang-orang miskin terutama di saat musim dingin.
Pada suatu hari ibu kota kerajaan negeri permai nampak sangat ramai. Ada apa ya? Ternyata
ada perayaan yang sangat istimewa. Sang raja yang sudah sangat tua dan
sakit-sakitan akan mengangkat putrinya menjadi ratu menggantikan
dirinya. Seluruh rakyat mencintai sang putri karena dia baik hati dan
peduli kepada semua orang.
Para
pelayan istana menghiasi aula agung dengan bunga-bunga yang indah serta
kain-kain sutra yang di bentangkan dengan indah di langit-langit.
Sementara itu di luar istana bendera-bendera berwarna-warni dipasang
bersama lentera-lentera yang indah. Seluruh penduduk negeri permai turut
menyambut dengan gembira.
Namun
di dalam istana terjadi keributan. Penjahit istana tiba-tiba sakit
sehingga tidak bisa menyelesaikan gaun untuk sang putri.
“Aduh
bagaimana ini Tuan Putri, penjahit istana tiba-tiba sakit keras?” Kata
kepala pelayan yang cemas kepada sang putri yang sedang asyik membaca
buku. Nampaknya sang putri sama sekali tak merasa kuatir.
“Sudahlah kepala pelayan, tak perlu bingung, aku bisa memakai gaunku yang sudah ada.”
“Itu
tidak boleh terjadi yang Mulia. Ini adalah perayaan yang sangat
penting. Anda harus terlihat cantik dan anggun di hadapan seluruh
rakyat.”
“Hmmm….
Baiklah, kalau begitu umumkan kepada seluruh penjahit di kota raja,
barangsiapa bisa membuatkan aku sebuah gaun yang paling indah dalam
sehari maka aku akan memakainya saat penobatanku dan memberinya hadiah
yang banyak. Bagaimana menurutmu?”
“Ah itu ide yang sangat cemerlang Yang Mulia. Hamba akan segera melaksanakannya.”
Dengan segera, kepala pelayan menyuruh pegawai istana untuk menyampaikankan pengumuman ini di seluruh kota.
Pengumuman
itu membuat para penjahit di seluruh kota berlomba-lomba untuk
mengikutinya. Para pedagang kain diserbu oleh para penjahit mulai dari
penjahit terkenal sampai penjahit biasa. Suatu kebanggaan jika gaun yang
mereka jahit dipakai oleh Yang Mulia Putri apalagi ditambah dengan
hadiah yang banyak. Wah siapa yang tidak mau ya?
Sementara
itu si penjahit tua sedang mengirimkan selimut ke sebuah panti asuhan.
Tak sengaja dia melihat pengumuman yang baru ditempelkan seorang pegawai
istana. Si penjahit tua membacanya dan berpikir sejenak lalu bergegas
kembali pulang.
Keesokan
paginya, dua orang penjahit paling terkenal di seluruh kota berjalan
dengan bangga menuju istana. Rupanya hanya mereka berdua yang mampu
menyelesaikan gaun untuk sang putri.
Penjahit
pertama maju dan membuka kotak besar yang di bawanya. Kemudian dia
mengeluarkan sebuah gaun berwarna biru langit yang sangat indah.
“Yang
mulia, gaun ini terbuat dari sutra terbaik dan dihias dengan
permata-permata yang sangat mahal. Sangat cocok untuk tuan putri yang
begitu anggun dan cantik.”
Sang putri yang duduk di singgasana hanya diam sambil memandangi gaun yang berkilauan itu.
Kemudian
kepala pelayan menyuruh penjahit kedua maju. Dengan hati-hati di
keluarkannya gaun buatannya dari kotak besar yang dibawanya. Gaun itu
juga tak kalah indahnya dengan gaun yang pertama. Semua pelayan yang
melihatnya berdecak kagum.
“Yang
mulia gaun ini terbuat dari beludru yang paling lembut di dunia. Dengan
warnanya yang hijau tua serta hiasan batu jamrud yang disusun berbentuk
rangkaian bunga-bunga yang indah akan sangat serasi dengan kulit yang
mulia yang putih. Kecantikan yang mulia akan semakin terlihat jelas.”
“Adakah yang lainnya?” Tanya sang putri.
Semua terdiam. Tiba-tiba terdengar suara parau menyahut.
“Hamba Yang Mulia.”
Ternyata
si penjahit tua. Kepala pelayan hendak mengusirnya namun sang putri
melarang dan mempersilahkan si penjahit tua menunjukkan gaun buatannya.
Dengan
gemetar karena kelelahan, si penjahit tua membuka bungkusan yang di
bawanya. Semua orang yang melihatnya saling berbisik saat pak tua itu
menunjukkan sebuah gaun sederhana berwarna putih.
“Gaun
ini terbuat dari kain katun terbaik yang saya miliki. Kain ini adalah
hadiah dari istri hamba, yang ditenun dengan penuh cinta.”
“Huh,
lalu mana hiasannya, bagaimana mungkin tuan putri mau memakai gaun yang
terlalu sederhana seperti itu.” Ejek penjahit yang membuat gaun
beludru.
“Jangan
salah, gaun ini dihiasi dengan sukacita, kebaikan, kelembutan dan
kerendahan hati, seperti yang dimiliki oleh yang mulia putri.”
Mata sang putri berbinar-binar dan dia turun dari singgasananya.
“Ini
gaun yang aku cari. Ini gaun yang paling indah yang pernah kulihat. Aku
akan memakainya saat penobatanku. Terima kasih pak tua.” Kata sang
putri sambil memegang gaun putih itu.
Akhirnya
sang putri memakai gaun berwarna putih yang sederhana itu saat
dinobatkan menjadi ratu, namun dia nampak bersinar dan memancarkan
keagungan. Seluruh rakyat takjub dan menyembah penuh hormat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar