Sudah terlalu sempitkah luas daratan
China beserta sejumlah koloni dan pulau-pulau terluar China di dunia ini
sehingga merasa perlu mencari rumah masa depan di luar angkasa?
Tentu bukan alasan sempit itu China
merancang rencana prestesius jangka panjang mereka dengan mengirimkan
astronot atau kosmonot mereka ke luar angkasa secara simultan di stasiun
ruang angksa milik sendiri.
China telah lama mempunyai mimpi
menjelajah ruang angkasa. China punya obsesi yang kuat agar bisa
sejajar dengan AS dan Rusia dalam menjelajah dan menguasai teknologi
luar angkasa. Inilah salah satu alasan rencana prestisius sekaligus
sangat strategis yang telah diidam-idamkan sejak tahun 1970.
Setelah beberapa kali terbentur
masalah politik akhirnya sejak 1992 program prestisius China tersebut
dilaksanakan penuh konsentrasi, terkoordinasi dan mendapat dukungan
semua pihak. Mereka pun memberi sandi untuk program prestisius tersebut
dengan sebutan proyek 921.
Setelah melalui uji beberapa kali
-termasuk empat kali misi berawak- akhirnya pada tanggal 16 Juni 2012
lalu, China secara meyakinkan mengirimkan ketiga astronot sekaligus
untuk sebuah misi mendarat di stasiun Tiangong-1 yang sudah berada di luar orbit bumi sejak 29 September 2011.
Stasiun ruang angkasa milik China
tersebut hanya seberat 8,5 ton dan memiliki sistim pendaratan serta
fasilitas yang sama dengan stasiun luar angkasa milik AS dan Rusia.
Bedanya, milik China lebih kecil dibanding milik ke dua dedengkot
angkasa luar tersebut. Solyut milik Rusia saja beratnya hanya seberat 18
ton.
Tiangong dalam pengertian harfiah berarti ‘Istana Surgawi”
memang dirancang untuk memperlihatkan kepada rakyat China betapa
indahnya keadaan di luar angkasa. Hal ini tentu memiliki makna
psikologis agar rakyat China berlomba-lomba dan bersemangat ingin
melihat istana tersebut, paling tidak akan mendukung sepenuhnya program
prestisius pemerintah China tersebut.
Pada hari dan waktu yang telah
ditetapkan, pesawat ulang alik versi China (Shenzou-9) bergerak perlahan
dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquant di provinsi Gansu. Ketiga
astronot termasuk Liu Yang mantan Pilot Angkatan Udara China berusia 33
tahun dan telah dilatih menjadi calon astronot sejak 2010 itu mendapat
misi khusus, yaitu melakukan pendaratan (docking) secara otomatis di
pelataran Tiangong-1 yang telah menanti penuh kerinduan kedatangan
“tamu” berawaknya dari bumi sejak September 2011 lalu.
Liu Yang dan rekannya akhirnya
melaksanakan misi prestisius tersebut selama 13 hari lamanya dengan
sukses. Selain melakukan misi khusus tersebut mereka juga melakukan
eksperimen ilmiah lainnya.
Mereka kembali ke bumi pada hari
Jumat sore waktu setempat di sebuah daerah terpencil di Mongolia. Ketiga
astronot tersebut menjalani pemeriksaan medis dan hasilnya sejauh ini
menyebutkan kondisi mereka sangat baik.
Keberhasilan China dalam rencana prestisius ini mendapat tiga keuntungan sekaligus, yaitu :
- China berhasil mensejajarkan diri mereka dalam teknologi ruang angkasa dengan AS dan Rusia.
- China berhasil membuktikan kepada rakyatnya bahwa mereka adalah negara dan bangsa yang besar tapi cerdas.
- China berhasil mengirimkan astronot wanita pertama ke luar angksa.
Pada periode berikutnya China akan
mengirimkan misi berawak lainnya dengan pesawat berbeda yaitu
Shenzhou-10 pada pertengahan atau akhir 2013. Diperkirakan, jika misi
ini sukses kembali maka China akan membuat stasiun luar angkasa permanen
dan dapat dipergunakan untuk komersial pada tahun 2020.
Jika ini menjadi kenyataan tidak
mustahil suatu saat pemerintah China akan memberi layanan wisata ke
ruang angkasa dengan modul dan paket wisata yang lebih murah kepada
warganya seperti apapun yang mereka jual selama ini kepada seluruh
dunia.
Apabila program ini berjalan dengan
mulus maka suatu saat nanti, sang astronot wanita pertama China, Liu
Yang akan dikenang dan terpatri namanya dalam sanubari warga China dan
di stasiun luar angkasa milik China dari masa ke masa.
Liu Yang, wanita cerdas itu dikelola
oleh tangan-tangan profesional yang handal, penuh tanggung jawab dan
terkoordinasi dalam berbagai bidang akhirnya berhasil menacapai
tujuannya. Tanpa gembar-gembor dan teriakan apapun tentang dirinya
sehingga kita baru mengenalnya saat akan diluncurkan ke luar angkasa dan
lebih-lebih simpati lagi tatkala ia berhasil menjalankan misinya dengan
selamat.
Pantas kita ucapkan selamat kepada
ke tiga astronot China dan khususnya kepada Liu Yang sang primadona
astronot wanita pertama China. Kita perlu banyak belajar dari China
untuk hal-hal seperti ini. Tak perlu banyak basa-basi, tak perlu
berkoar-koar, yang penting hasilnya efektif dan terbukti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar