Rabu, 08 Agustus 2012

Liu Yang Astronot Wanita Pertama China, Perintis Rumah Masa Depan di Luar Angkasa


13410361651431069769
Liu Yang, astronot wanita pertama China. Sumber gambar : http://static.guim.co.uk/sys-images/Guardian/Pix/pictures/2012/6/16/1339848096266/Liu-Yang-Chinas-first-fem-008.jpg
Sudah terlalu sempitkah luas daratan China beserta sejumlah koloni dan pulau-pulau terluar China di dunia ini sehingga merasa perlu mencari rumah masa depan di luar angkasa?
Tentu bukan alasan sempit itu China merancang rencana prestesius jangka panjang mereka dengan mengirimkan astronot atau kosmonot mereka ke luar angkasa secara simultan di stasiun ruang angksa milik sendiri.
China  telah lama mempunyai mimpi menjelajah ruang angkasa. China punya obsesi yang kuat  agar bisa sejajar dengan AS dan Rusia dalam menjelajah dan menguasai teknologi luar angkasa. Inilah salah satu alasan rencana  prestisius sekaligus sangat strategis yang telah diidam-idamkan sejak tahun 1970.
Setelah beberapa kali terbentur masalah politik akhirnya sejak 1992 program prestisius China tersebut dilaksanakan penuh konsentrasi, terkoordinasi dan mendapat dukungan semua pihak. Mereka pun memberi sandi untuk program prestisius tersebut dengan sebutan proyek 921.
Setelah melalui uji  beberapa kali -termasuk empat kali misi berawak- akhirnya pada tanggal 16 Juni 2012 lalu, China secara meyakinkan mengirimkan ketiga astronot  sekaligus untuk sebuah misi mendarat di stasiun Tiangong-1 yang sudah berada di luar orbit bumi sejak 29 September 2011.
Stasiun ruang angkasa milik China tersebut hanya seberat 8,5 ton dan memiliki sistim pendaratan serta fasilitas yang sama dengan stasiun luar angkasa milik AS dan Rusia. Bedanya, milik China lebih kecil dibanding milik ke dua dedengkot angkasa luar tersebut. Solyut milik Rusia saja beratnya hanya seberat 18 ton.
Tiangong dalam pengertian harfiah berarti ‘Istana Surgawi” memang dirancang untuk memperlihatkan kepada rakyat China betapa indahnya keadaan di luar angkasa. Hal ini tentu memiliki makna psikologis agar rakyat China berlomba-lomba dan bersemangat ingin melihat istana tersebut, paling tidak akan mendukung sepenuhnya program prestisius pemerintah China tersebut.
Pada hari dan waktu yang telah ditetapkan, pesawat ulang alik versi China (Shenzou-9) bergerak perlahan dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquant di provinsi Gansu. Ketiga astronot termasuk Liu Yang mantan Pilot Angkatan Udara China berusia 33 tahun dan telah dilatih menjadi calon astronot sejak 2010 itu mendapat misi khusus, yaitu melakukan pendaratan (docking) secara otomatis di pelataran Tiangong-1 yang telah menanti penuh kerinduan kedatangan “tamu” berawaknya dari bumi sejak September 2011 lalu.
Liu Yang dan rekannya akhirnya melaksanakan misi prestisius tersebut selama 13 hari lamanya dengan sukses. Selain melakukan misi khusus tersebut mereka juga melakukan eksperimen ilmiah lainnya.
Mereka kembali ke bumi pada hari Jumat sore waktu setempat di sebuah daerah terpencil di Mongolia. Ketiga astronot tersebut menjalani pemeriksaan medis dan hasilnya sejauh ini menyebutkan kondisi mereka sangat baik.
Keberhasilan China dalam rencana prestisius ini mendapat tiga keuntungan sekaligus, yaitu :
  1. China berhasil mensejajarkan diri mereka dalam teknologi ruang angkasa dengan AS dan Rusia.

  2. China berhasil membuktikan kepada rakyatnya bahwa mereka adalah negara dan bangsa yang besar tapi cerdas.

  3. China berhasil mengirimkan astronot wanita pertama ke luar angksa.
Pada periode berikutnya China akan mengirimkan misi berawak lainnya dengan pesawat berbeda yaitu Shenzhou-10 pada pertengahan atau akhir 2013. Diperkirakan, jika misi ini sukses kembali maka China akan membuat stasiun luar angkasa permanen dan dapat dipergunakan untuk komersial pada tahun 2020.
Jika ini menjadi kenyataan tidak mustahil suatu saat pemerintah China akan memberi layanan wisata ke ruang angkasa dengan modul dan paket wisata yang lebih murah kepada warganya seperti apapun yang mereka jual selama ini kepada seluruh dunia.
Apabila program ini berjalan dengan mulus maka suatu saat nanti, sang astronot wanita pertama China, Liu Yang akan dikenang dan terpatri namanya dalam sanubari warga China dan di stasiun luar angkasa milik China dari masa ke masa.
Liu Yang, wanita cerdas itu dikelola oleh tangan-tangan profesional yang handal, penuh tanggung jawab dan terkoordinasi dalam berbagai bidang akhirnya berhasil menacapai tujuannya. Tanpa gembar-gembor dan teriakan apapun tentang dirinya sehingga kita baru mengenalnya saat akan diluncurkan ke luar angkasa dan lebih-lebih simpati lagi tatkala ia berhasil menjalankan misinya dengan selamat.
Pantas kita ucapkan selamat kepada ke tiga astronot China dan khususnya kepada Liu Yang sang primadona astronot wanita pertama China. Kita perlu banyak belajar dari China untuk hal-hal seperti ini. Tak perlu banyak basa-basi, tak perlu berkoar-koar, yang penting hasilnya efektif dan terbukti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar